seseorang
terduduk dirindangnya pepohonan
tanganya
yang mulia keriput mengurat tanah yang dibasuh embun pagi
tatapnya mulai meredup
menerawang
memandang jalan yang dibaluri kabut
saat
itu ketuban pagi hampir pecah
orang
itu masih terpuruk dalam kesendirian
badanya
gemetar
kakinya
bergoyang-goyang
senada
dengan irama gemeretak giginya
hari
telah berganti musim bergilir dengan pasti
kulihat
orang itu masih setiap menatap jalan kosong
menghitung
bintang bersama malam atau
bersama
siang ia setia menadah sinar sejuk mentari
disaat
lain ia bercengkrama dengan tarian hujan
ia
tak peduli pada orang yang lalu
yang
ia tahu hanya menatap jalan kosong
atau
mungkin baginya itu jalan harapan
ia
tak ijinkan orang tau apa yang menggelayut dipikirnya
dari
bibirnya yag menua terkadang terdengar lirih ;
ya
Tuhan…
beri aku pagi setelah malam
beri aku hujan setelah kemarau
ijinkan aku gembira
setelah
bertahun ku akrab
dengan kesedihan
aku ingin tawa canda anak-anak
datangkanlah padaku tangisan
mungil
pembawa harap
hanya
itu yang ku dengar
dan
kuyakin dia sedang menanti seseorang
entah
siapa ?
mengapa ?
darimana ?
aku
tak tahu
dan
aku percaya tak seorangpun tahu
yang
ku tahu dia tetap sendiri
menanti
di
bawah pohon menatap jalan harapanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar