O N T A
Cahaya bulan malam ini tampak ragu membasuh bumi. Mungkin
bulan takut pada gumpalan awan yang berbaris di langit. Mungkin juga bulan
sudah jenuh melihat bumi yang telah menua dan banyak panu tumbuh dikulitnya.
Dan malam ini penduduk bumi tampaknya sudah terlelap dalam buai mimpi.
Jauh disel kecil dari bumi terlihat lampu warna-warni
menyala. Suara musik berdentum keras diselingi suara tawa dan bunyi gelas yang
beradu. Semu itu bersumber dari sebuah rumah mewah yang terletak disebuah kota
kecil. Rumah itu milik seorang pengusaha muda kaya yang bernama Onta. Pengusaha
itu diberi nama Onta Karen saat Ibunya hamil selalu ingin melihat unta. Bahkan
keluar rumah harus menaiki binatang itu. Untuk memenuhi hasrat sang istri maka
suaminya membelikan dua ekor unta. Unta tersebut didatangkan langsung dari
habitat aslinya di gurun pasir. Karena itulah saat bayi laki-laki itu lahir
langsung diberi nama Onta.
Malam ini Onta mengadakan pesta ulang tahun yang ke-35.
Pesta itu berlangsung meriah.
Beberapa petugas
keamanan terlihat mondar-mandir disekeliling rumah. Mereka menjaga puluhan
mobil mewah dari berbagai merk terkemuka terlihat berjejer rapi di halaman
rumah Onta. Mobil tersebut adalah milik undangan yang hadir di acara ulang
tahun. Mereka umumnya adalah kolega bisnis pengusaha muda tersebut. Memang
sejak ayahnya meninggal 5 tahun lalu, Onta sebagai anak tunggal langsung
mengambil alih seluruh perusahaan ayahnya yang tersebar dipelosok negeri bahkan
beberapa ada yang di luar negeri.
Pesta itu sendiri berlangsung di pinggir kolam rumah
Onta. Gadis-gadis berbusana seksi berseliweran diantara meja-meja yang berjajar
mengitari kolam. Gadis-gadis itu tersenyum menggoda pada tiap tamu yang hadir,
tangan halus mereka dengan cekatan menuangkan minuman pada gelas-gelas kosong.
Tak berapa lama pria dan wanita itu terlihat bodoh dalam cengkraman alkohol
yang mereka minum. Birahi mulai berderak dikepala mereka dan kian meninggi
seiring hentakan musik yang berdentum. Sementara ditengah kolam terlihat sebuah
benda mengapung, diatasnya sepasang
manusia telah larut dalam permainan iblis yang menghanyutkan.
“Perhatian! Sebagai sahabat dari teman kita yang sedang
berbahagia, maka malam ini saya mempersembahkan hadiah istimewa!” Pria muda
berdiri ditengah tamu yang hadir.
“Onta kesini kau!” Pria itu melambai ketengah kolam.
“Ada apa sih?” Kata Onta setelah berdiri disamping pria
tadi.
“Aku punya hadiah istimewa untukmu.” Pria itu berbisik.
“Ya, apaan?”
“Hadirin, mari kita sambut dengan tepuk tangan yang meriah
untuk penampilan spesial dari Miss Angel!” Pria itu tidak menjawab pertanyaan
Onta.
Lampu di panggung kecil padam bersamaan dengan suara
musik. Hadirin berdiri menatap kearah panggung kecil yang ada di depan mereka.
Tatapan mereka penuh tanya, menunggu siapa yang akan muncul. Siapa itu Miss
Angel? Tapi, saat itu yang paling penasaran adalah Onta, jantungnya seketika
berdetak tak biasa lebih cepat dari biasanya.
Satu menit berlalu, lampu kemudian menyala. Panggung
dihiasi asap, asap perlahan menipis diiringi tepuk tangan.
“Hahahaaaaa!” Tawa meledak memenuhi tempat itu saat
sesosok benda hitam terlihat berdiri dipanggung. Itu adalah hewan kesukaan
Onta.
“Ini Miss Angelnya?” Onta melotot kearah pria
disebelahnya.
“Ini bisa menambah koleksimu, ini Aku datangkan langsung dari Arab.
“Ya dah, terima kasih ya.” Onta memeluk sahabatnya itu.
“Aku masih punya kejutan untukmu”
“Apa lagi?”
“Mari ikut aku.” Pria itu mengajak Onta menuju ke dalam
rumah.
Onta melihat seorang pria yang sedang duduk disofa ruang
tamunya. Pria itu mengenakan baju hitam panjang. Kepala pria itu tak ditumbuhi
sehelai rambutpun, dengan mata sipit dan alis tebal.
“Saya Mister Tong, saya diundang oleh sahabat anda ini
untuk melihat masa depan anda.” Pria memperkenalkan dirinya kepada Onta.
Onta hanya tersenyum, malam ini Bram telah memberi dua
kejutan untuknya. Bram adalah temanya sejak SMP. Dia teman yang baik, sahabat
saat senang maupun susah.
Mister Tong memegang tangan Onta, matanya terpejam. Lima
menit berlalu Pria itu membuka matanya, “Dalam minggu ini akan ada rejeki besar
menghampiri hidup anda.”
“Rejeki apa itu Mister?” Onta penasaran.
“Itu akan datang dari salah satu perusahaanmu. Tapi,
bencana juga akan menghampirimu dalam minggu ini.”
Sebenarnya Onta tidak begitu percaya dengan hal-hal yang
berbau mistis. Pandangan ilmiahnya tak mengijinkan ada hal seperti itu
berkembang di kepalanya. Tapi pendirianya mulai goyah, benih kepercayaan pada
hal mistis tiba-tiba tumbuh dan makin lama makin berkembang, menjalari sendi-sendi
keyakinannya hingga Onta tenggelam dalam kepercayaan pada ramalan Mister Tong.
Ini terjadi mulai tiga hari setelah ramalan Mister Tong. Siang itu dia menerima
kabar dari perusahaannya yang ada di Eropa. Perusahaanya mendapatkan mega
proyek pembangunan sebuah Bandar udara internasional di Vietnam. Besoknya
perusahaan tambang emas yang miliknya mengabarkan hal yang hampir sama.
“Bram, ramalan Mister Tong ternyata mantap.”
“Mister Tong memang top, selama ini ramalanya tak pernah
meleset”
“Ia, sekarang Aku percaya. Kamu bisa antar Aku ketempat
Mister Tong?”
“Besok sore ya, sekarang Aku sibuk banget. Udah dulu ya,
aku sibuk banget.” Klik... Bram menutup telepon.
Sore ini itu, Onta dilanda gelisah. Ingatan tentang
ramalan Mister Tong terus menari dipikiranya. Bencana apa yang akan menimpa?
Jangan-jangan mobilku bakakalan hilang, rumahku kebakaran, atau bencana itu
akan menimpa salah satu perusahaannya. Pertanyaan-pertanyaan itu menghantui
Onta. Saat itu Mister Tong tidak menjelaskan secara rinci tentang bencana yang
akan menimpa Onta.
Ditengah kegelisahan yang melanda, Onta menghubungi
satu-persatu perusahaan miliknya. Menanyakan keadaan keuangan, karyawan, dan
yang utama keamanannya. Onta juga meminta satpam rumahnya untuk mengecek semua
hal didalam maupun disekitar rumah yang berpotensi menyebabkan bencana.
Jam sepuluh malam, rasa lapar dan haus tak lagi dirasakan
oleh Onta, rasa itu telah memuai diterpa gelisah. Pada puncak kegelisahan Onta
memutuskan untuk menemui Mister Tong.
“Ingat jaga rumah dengan baik, hp jangan kamu matikan.
Saya akan keluar sebentar.” Onta berpesan pada pembantu dan satpam rumahnya
yang hanya bisa menjawah.
“Ya, Tuan.”
Mesin Audi biru milik Onta segera menderu
disusul dengan suara benturan yang dihiasi teriakan.
Keringat
membanjiri tubuh pria itu, jantungnya melompat-lompat ingin keluar dari
tubuhnya. Badanya gemetar melihat sesosok tubuh bersimbah darah yang tergeletak
dibelakang mobilnya.
“Mama.” Suara lirih keluar dari mulutnya.
***
“Mister Tong, saya ingin Mister melihat kehidupan saya
tiga tahun kedepan”
“Itu susah, biasanya saya hanya melihat masa depan
seseorang maksimal selama sebulan.”
“Saya akan membayar berapapun yang Mister minta.”
“Ada resiko yang mesti ditanggung jika melakukan hal
tersebut, kamu bisa datang kesini setiap bulan saja. Aku akan melihat masa
depanmu untuk sebulan kedepan.”
“Tidak Mister, Saya ingin Mister melihat tiga tahun
kedepan atau sepuluh tahun.”
“Anda ini benar-benar tidak sabaran!”
“Mister, saya harap dengan begitu, saya punya cukup waktu
untuk menghindari bencana yang akan datang pada saya. Saya tidak ingin kejadian
menabrak Mama terulang, karena Saya Mama kini harus menikmati waktunya di kursi
roda.”
“Ketahuilah, ada resiko yang besar harus ditanggung jika saya melakukan itu. Tidak
seharusnya saya membocorkan rahasia Tuhan sampai sejauh itu. Tapi karena anda
memaksa saya akan mencoba asalkan anda menyiapkan sebuah pulau lengkap dengan
fasilitasnya dan berikan peternakan unta yang kamu miliki pada saya.”
Dahi Onta langsung berkerut, sebuah pulau ia sudah punya
tinggal membangun fasilitas tapi kalau peternakan
unta itu adalah kesayanganya, hewan itu juga langka susah dicari. Tapi dia harus tahu masa depanya. ”Oke Mister,
saya sepakat.”
Mister Tong mulai menjalankan ritualnya, ia akan melihat
masa depan Onta. Dimintanya Onta untuk duduk bersila, mata terpejam. Tangan
Mister Tong memegang kedua tangan Onta, keringat mulai menggenang didahinya.
Kini pria itu memegang kepala Onta.
“Hari ini kamu kehilangan benda kesayangan dan besok
hartamu akan berkurang. Tiga bulan lagi kamu akan bertemu dengan seorang perempuan
yang kelak menjadi pendampingmu. Selama itu juga harta dan kekayaanmu akan
berkurang. Tahun depan semuanya gulita, tak ada apapun yang kulihat. Sudah
jelaslah itu bencana besar.”
Pria sipit itu menatap laju mobil yang membawa Onta
meninggalkan rumahnya, dalam hati dia tertawa kecil dan bergumam, “Memangnya
semua bisa dihindari?”
Kalimat terakhir dari ramalan itulah yang membebani Onta.
Apa yang akan dialaminya tahun depan? Sepanjang jalan dari rumah Mister Tong
Onta larut dalam pikiran yang dipenuhi tanda tanya.
Ramalan Mister Tong memang benar, hari itu Onta
kehilangan peternakan untanya, besoknya dia mengeluarkan miliaran rupiah untuk
membangun rumah dengan fasilitas lengkap, menyiapkan helikopter, dan mencari
karyawan yang akan disiapkan untuk memenuhi pulau yang akan diberikan pada
Mister Tong.
Onta mengetuk semua pintu spiritual, ia mendatangi semua
tokoh agama terkemuka, dan menjalankan segala ritual dengan satu harapan agar
terbebas dari bencana yang siap menghampiri hidupnya. Ada yang menyarankan agar
Onta pergi ke India, Cina, dan
tempat-tempat lain. Di India, Onta menyucikan diri di Sungai Gangga, Saraswati,
dan mengunjungi tempat-tempat suci yang lain. Di negeri cina ia bermeditasi di
bawah bimbingan guru terbaik. Onta memohon belas kasih Tuhan agar dia
dihindarkan dari bencana.
Onta makin khusuk
mendekatan dirinya pada Hyang Pencipta. Banyak uang yang telah ia keluarkan
untuk berkeliling mengunjungi tempat-tempat spiritual diberbagai negara. Ia
juga mengunakan hartanya yang melimpah untuk membantu sesama. Membangun panti
asuhan, sekolah, dan rumah sakit untuk orang miskin. Perusahaan komersil yang
ia miliki pelan-pelan dijadikan usaha sosial.
Setahun telah berlalu...
Onta telah
menemukan pasangan hidupnya, yaitu kedamaian meditasi. Dia telah lupa pada
limpahan harta, kini meditasi adalah hal yang indah, harum seperti aroma rambut
bidadari. Ia memeluk, mencium, dan menghisapnya. Kemudian ia melayang-layang,
membumbung tinggi, dan lenyap dibalik serpihan mendung. Dia tak lagi risau
dengan bencana yang diramalkan Mister Tong.
Sementara jauh disana. Disebuah pulau kecil, terlihat
beberapa orang memasukan peti mati kedalam tanah. Saat hujan tiba-tiba tercurah
dari langit orang-orang itu berlarian meninggalkan nisan. Nisan miring itu
bertuliskan Mister Tong
Denpasar, 2 September 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar