Pages

Jumat, 22 Maret 2013

ONTA


                                                                      O N T A
            Cahaya bulan malam ini tampak ragu membasuh bumi. Mungkin bulan takut pada gumpalan awan yang berbaris di langit. Mungkin juga bulan sudah jenuh melihat bumi yang telah menua dan banyak panu tumbuh dikulitnya. Dan malam ini penduduk bumi tampaknya sudah terlelap dalam buai mimpi.
            Jauh disel kecil dari bumi terlihat lampu warna-warni menyala. Suara musik berdentum keras diselingi suara tawa dan bunyi gelas yang beradu. Semu itu bersumber dari sebuah rumah mewah yang terletak disebuah kota kecil. Rumah itu milik seorang pengusaha muda kaya yang bernama Onta. Pengusaha itu diberi nama Onta Karen saat Ibunya hamil selalu ingin melihat unta. Bahkan keluar rumah harus menaiki binatang itu. Untuk memenuhi hasrat sang istri maka suaminya membelikan dua ekor unta. Unta tersebut didatangkan langsung dari habitat aslinya di gurun pasir. Karena itulah saat bayi laki-laki itu lahir langsung diberi nama Onta.
            Malam ini Onta mengadakan pesta ulang tahun yang ke-35. Pesta itu berlangsung meriah.
Beberapa petugas keamanan terlihat mondar-mandir disekeliling rumah. Mereka menjaga puluhan mobil mewah dari berbagai merk terkemuka terlihat berjejer rapi di halaman rumah Onta. Mobil tersebut adalah milik undangan yang hadir di acara ulang tahun. Mereka umumnya adalah kolega bisnis pengusaha muda tersebut. Memang sejak ayahnya meninggal 5 tahun lalu, Onta sebagai anak tunggal langsung mengambil alih seluruh perusahaan ayahnya yang tersebar dipelosok negeri bahkan beberapa ada yang di luar negeri.
            Pesta itu sendiri berlangsung di pinggir kolam rumah Onta. Gadis-gadis berbusana seksi berseliweran diantara meja-meja yang berjajar mengitari kolam. Gadis-gadis itu tersenyum menggoda pada tiap tamu yang hadir, tangan halus mereka dengan cekatan menuangkan minuman pada gelas-gelas kosong. Tak berapa lama pria dan wanita itu terlihat bodoh dalam cengkraman alkohol yang mereka minum. Birahi mulai berderak dikepala mereka dan kian meninggi seiring hentakan musik yang berdentum. Sementara ditengah kolam terlihat sebuah benda mengapung, diatasnya  sepasang manusia telah larut dalam permainan iblis yang menghanyutkan.
            “Perhatian! Sebagai sahabat dari teman kita yang sedang berbahagia, maka malam ini saya mempersembahkan hadiah istimewa!” Pria muda berdiri ditengah tamu yang hadir.
            “Onta kesini kau!” Pria itu melambai ketengah kolam.
            “Ada apa sih?” Kata Onta setelah berdiri disamping pria tadi.
            “Aku punya hadiah istimewa untukmu.” Pria itu berbisik.
            “Ya, apaan?”
            “Hadirin, mari kita sambut dengan tepuk tangan yang meriah untuk penampilan spesial dari Miss Angel!” Pria itu tidak menjawab pertanyaan Onta.
            Lampu di panggung kecil padam bersamaan dengan suara musik. Hadirin berdiri menatap kearah panggung kecil yang ada di depan mereka. Tatapan mereka penuh tanya, menunggu siapa yang akan muncul. Siapa itu Miss Angel? Tapi, saat itu yang paling penasaran adalah Onta, jantungnya seketika berdetak tak biasa lebih cepat dari biasanya.
            Satu menit berlalu, lampu kemudian menyala. Panggung dihiasi asap, asap perlahan menipis diiringi tepuk tangan.
            “Hahahaaaaa!” Tawa meledak memenuhi tempat itu saat sesosok benda hitam terlihat berdiri dipanggung. Itu adalah hewan kesukaan Onta.
            “Ini Miss Angelnya?” Onta melotot kearah pria disebelahnya.
            “Ini bisa menambah koleksimu, ini Aku datangkan  langsung dari Arab.
            “Ya dah, terima kasih ya.” Onta memeluk sahabatnya itu.
            “Aku masih punya kejutan untukmu”
            “Apa lagi?”
            “Mari ikut aku.” Pria itu mengajak Onta menuju ke dalam rumah.
            Onta melihat seorang pria yang sedang duduk disofa ruang tamunya. Pria itu mengenakan baju hitam panjang. Kepala pria itu tak ditumbuhi sehelai rambutpun, dengan mata sipit dan alis tebal.
            “Saya Mister Tong, saya diundang oleh sahabat anda ini untuk melihat masa depan anda.” Pria memperkenalkan dirinya kepada Onta.
            Onta hanya tersenyum, malam ini Bram telah memberi dua kejutan untuknya. Bram adalah temanya sejak SMP. Dia teman yang baik, sahabat saat senang maupun susah.
            Mister Tong memegang tangan Onta, matanya terpejam. Lima menit berlalu Pria itu membuka matanya, “Dalam minggu ini akan ada rejeki besar menghampiri hidup anda.”
            “Rejeki apa itu Mister?” Onta penasaran.
            “Itu akan datang dari salah satu perusahaanmu. Tapi, bencana juga akan menghampirimu dalam minggu ini.”
            Sebenarnya Onta tidak begitu percaya dengan hal-hal yang berbau mistis. Pandangan ilmiahnya tak mengijinkan ada hal seperti itu berkembang di kepalanya. Tapi pendirianya mulai goyah, benih kepercayaan pada hal mistis tiba-tiba tumbuh dan makin lama makin berkembang, menjalari sendi-sendi keyakinannya hingga Onta tenggelam dalam kepercayaan pada ramalan Mister Tong. Ini terjadi mulai tiga hari setelah ramalan Mister Tong. Siang itu dia menerima kabar dari perusahaannya yang ada di Eropa. Perusahaanya mendapatkan mega proyek pembangunan sebuah Bandar udara internasional di Vietnam. Besoknya perusahaan tambang emas yang miliknya mengabarkan hal yang hampir sama.
            “Bram, ramalan Mister Tong ternyata mantap.”
            “Mister Tong memang top, selama ini ramalanya tak pernah meleset”
            “Ia, sekarang Aku percaya. Kamu bisa antar Aku ketempat Mister Tong?”
            “Besok sore ya, sekarang Aku sibuk banget. Udah dulu ya, aku sibuk banget.” Klik... Bram menutup telepon.
            Sore ini itu, Onta dilanda gelisah. Ingatan tentang ramalan Mister Tong terus menari dipikiranya. Bencana apa yang akan menimpa? Jangan-jangan mobilku bakakalan hilang, rumahku kebakaran, atau bencana itu akan menimpa salah satu perusahaannya. Pertanyaan-pertanyaan itu menghantui Onta. Saat itu Mister Tong tidak menjelaskan secara rinci tentang bencana yang akan menimpa Onta.
            Ditengah kegelisahan yang melanda, Onta menghubungi satu-persatu perusahaan miliknya. Menanyakan keadaan keuangan, karyawan, dan yang utama keamanannya. Onta juga meminta satpam rumahnya untuk mengecek semua hal didalam maupun disekitar rumah yang berpotensi menyebabkan bencana.
            Jam sepuluh malam, rasa lapar dan haus tak lagi dirasakan oleh Onta, rasa itu telah memuai diterpa gelisah. Pada puncak kegelisahan Onta memutuskan untuk menemui Mister Tong.
            “Ingat jaga rumah dengan baik, hp jangan kamu matikan. Saya akan keluar sebentar.” Onta berpesan pada pembantu dan satpam rumahnya yang hanya bisa menjawah.
            “Ya, Tuan.”
             Mesin Audi biru milik Onta segera menderu disusul dengan suara benturan yang dihiasi teriakan.
             Keringat membanjiri tubuh pria itu, jantungnya melompat-lompat ingin keluar dari tubuhnya. Badanya gemetar melihat sesosok tubuh bersimbah darah yang tergeletak dibelakang mobilnya.
            “Mama.” Suara lirih keluar dari mulutnya.
***
            “Mister Tong, saya ingin Mister melihat kehidupan saya tiga tahun kedepan”
            “Itu susah, biasanya saya hanya melihat masa depan seseorang maksimal selama sebulan.”
            “Saya akan membayar berapapun yang Mister minta.”
            “Ada resiko yang mesti ditanggung jika melakukan hal tersebut, kamu bisa datang kesini setiap bulan saja. Aku akan melihat masa depanmu untuk sebulan kedepan.”
            “Tidak Mister, Saya ingin Mister melihat tiga tahun kedepan atau sepuluh tahun.”
            “Anda ini benar-benar tidak sabaran!”
            “Mister, saya harap dengan begitu, saya punya cukup waktu untuk menghindari bencana yang akan datang pada saya. Saya tidak ingin kejadian menabrak Mama terulang, karena Saya Mama kini harus menikmati waktunya di kursi roda.”
            “Ketahuilah, ada resiko yang besar harus  ditanggung jika saya melakukan itu. Tidak seharusnya saya membocorkan rahasia Tuhan sampai sejauh itu. Tapi karena anda memaksa saya akan mencoba asalkan anda menyiapkan sebuah pulau lengkap dengan fasilitasnya dan berikan peternakan unta yang kamu miliki pada saya.”
            Dahi Onta langsung berkerut, sebuah pulau ia sudah punya tinggal membangun fasilitas  tapi kalau peternakan unta itu adalah kesayanganya, hewan itu juga langka susah dicari.  Tapi dia harus tahu masa depanya. ”Oke Mister, saya sepakat.”
            Mister Tong mulai menjalankan ritualnya, ia akan melihat masa depan Onta. Dimintanya Onta untuk duduk bersila, mata terpejam. Tangan Mister Tong memegang kedua tangan Onta, keringat mulai menggenang didahinya. Kini pria itu memegang kepala Onta.
            “Hari ini kamu kehilangan benda kesayangan dan besok hartamu akan berkurang. Tiga bulan lagi kamu akan bertemu dengan seorang perempuan yang kelak menjadi pendampingmu. Selama itu juga harta dan kekayaanmu akan berkurang. Tahun depan semuanya gulita, tak ada apapun yang kulihat. Sudah jelaslah itu bencana besar.”
            Pria sipit itu menatap laju mobil yang membawa Onta meninggalkan rumahnya, dalam hati dia tertawa kecil dan bergumam, “Memangnya semua bisa dihindari?”
            Kalimat terakhir dari ramalan itulah yang membebani Onta. Apa yang akan dialaminya tahun depan? Sepanjang jalan dari rumah Mister Tong Onta larut dalam pikiran yang dipenuhi tanda tanya.
            Ramalan Mister Tong memang benar, hari itu Onta kehilangan peternakan untanya, besoknya dia mengeluarkan miliaran rupiah untuk membangun rumah dengan fasilitas lengkap, menyiapkan helikopter, dan mencari karyawan yang akan disiapkan untuk memenuhi pulau yang akan diberikan pada Mister Tong.
            Onta mengetuk semua pintu spiritual, ia mendatangi semua tokoh agama terkemuka, dan menjalankan segala ritual dengan satu harapan agar terbebas dari bencana yang siap menghampiri hidupnya. Ada yang menyarankan agar Onta pergi ke  India, Cina, dan tempat-tempat lain. Di India, Onta menyucikan diri di Sungai Gangga, Saraswati, dan mengunjungi tempat-tempat suci yang lain. Di negeri cina ia bermeditasi di bawah bimbingan guru terbaik.   Onta memohon belas kasih Tuhan agar dia dihindarkan dari bencana.
             Onta makin khusuk mendekatan dirinya pada Hyang Pencipta. Banyak uang yang telah ia keluarkan untuk berkeliling mengunjungi tempat-tempat spiritual diberbagai negara. Ia juga mengunakan hartanya yang melimpah untuk membantu sesama. Membangun panti asuhan, sekolah, dan rumah sakit untuk orang miskin. Perusahaan komersil yang ia miliki pelan-pelan dijadikan usaha sosial.
            Setahun telah berlalu...
             Onta telah menemukan pasangan hidupnya, yaitu kedamaian meditasi. Dia telah lupa pada limpahan harta, kini meditasi adalah hal yang indah, harum seperti aroma rambut bidadari. Ia memeluk, mencium, dan menghisapnya. Kemudian ia melayang-layang, membumbung tinggi, dan lenyap dibalik serpihan mendung. Dia tak lagi risau dengan bencana yang diramalkan Mister Tong.
            Sementara jauh disana. Disebuah pulau kecil, terlihat beberapa orang memasukan peti mati kedalam tanah. Saat hujan tiba-tiba tercurah dari langit orang-orang itu berlarian meninggalkan nisan. Nisan miring itu bertuliskan  Mister Tong

 Denpasar, 2 September 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar